Tandaseru – Gelar yang dianugerahkan kepada Sultan Zainal Abidin Sjah, Jou Kolano ke-35 Kesultanan Tidore dan Gubernur Pertama Irian Barat, disambut suasana haru, bangga, dan suka cita seluruh masyarakat , Kamis (20/11/2025).

Gelar kehormatan yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto bertepatan dengan Hari Pahlawan (10 November 2025) itu dibawa pulang ahli waris, Prof. Mahmud Arifin Raimadoya ( sulung Sultan) bersama adiknya, Kamelia Sadnawi, yang dijemput langsung Wali Kota , Muhammad Sinen, dari Bogor, Jawa Barat.

Arak-arakan Penuh Sejarah dan Air Mata Kebanggaan

Perjalanan kembali gelar kehormatan ini ke tanah Tidore diselimuti momen-momen simbolis yang kaya makna. Setibanya di Bandara Sultan Babullah Ternate, ahli waris disambut hangat Wakil Gubernur Maluku Utara dan Ketua TP PKK Malut, sebelum diarak menuju pelabuhan Resident.

Puncak penyambutan kemudian terjadi saat rombongan dijemput motor kayu yang dihias Juanga—kapal tradisional Kesultanan Tidore—untuk menyeberang menuju Pelabuhan Rum di Pulau Tidore. Di Pelabuhan Rum, lautan manusia sudah menanti.

Suasana haru tak terhindarkan. Ahli waris disambut oleh Sultan Tidore Husain Alting Sjah, Jou Boki, serta jajaran Pemerintah Kota Tidore dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Di sepanjang perjalanan menuju Kedaton Kesultanan Tidore, mobil rombongan kerap dihentikan masyarakat dan siswa yang antusias sekadar bersalaman—sebuah manifestasi kebanggaan kolektif yang mendalam.

Di Kedaton, Sultan Tidore Husain Alting Sjah menyematkan Besu dan pakaian adat Bala Dada kepada Prof. Mahmud Arifin Raimadoya, sebagai tanda penghormatan dan penerimaan kembali putra terbaik Tidore. Setelah itu, rombongan melakukan ziarah ke makam Sultan Zainal Abidin Sjah di halaman Kedaton.

Kebanggaan Kota Kecil yang Melahirkan Dua Pahlawan

Wali Kota , Muhammad Sinen, yang menjadi garda terdepan perjuangan gelar ini, tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.

“Saya merasa bahagia bercampur haru, karena perjuangan meloloskan putra terbaik Tidore hingga akhirnya menjadi ini tantangannya cukup berat,” ungkapnya dalam acara syukuran di eks kediaman Gubernur Provinsi Irian Barat.

Muhammad Sinen menyoroti bahwa Tidore, yang ia sebut sebagai ‘Kota kecil dengan sejuta sejarah yang tidak terlihat di peta nasional,’ kini telah memiliki dua tokoh nasional yang diakui negara, mendampingi Sultan Nuku. Pengakuan ini membuktikan bahwa peran heroik Tidore di masa lalu adalah fakta nyata, bukan sekadar cerita turun temurun.

Ia berharap, penganugerahan ini menjadi motivasi besar bagi generasi muda.

“Euforia dan rasa haru masyarakat jangan hanya sebatas hari ini, tetapi harus ditanam dalam jiwa dan bangkit dengan semangat,” ajaknya, menekankan pentingnya kekompakan dan persatuan demi Tidore yang lebih maju.

Penyerahan Memorabilia dan Inspirasi Generasi Muda

Ahli waris Sultan Zainal Abidin Sjah, Prof. Mahmud Arifin Raimadoya, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih mendalam kepada Pemerintah Kota Tidore dan Presiden Prabowo Subianto. Secara mengejutkan, Prof. Mahmud menyatakan bahwa keluarga tidak mengambil apapun dari penganugerahan ini dan menyerahkan seluruh dokumen memorabilia gelar kepada Pemerintah Kota .

“Kami menyerahkan segala memorilia kepada Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, sehingga ke depan nanti para cucu mungkin ingin melihat memorial almarhum Jou Sultan Zainal Abidin Sjah sebagai bisa mengunjungi Kota Tidore,” ujarnya.

Sementara itu, Sultan Tidore Husain Alting Sjah menambahkan bahwa gelar ini bukan hanya kebanggaan keluarga, tetapi kebanggaan seluruh Maluku Utara.

“Jou Sultan Zainal Abidin Sjah berjuang bukan untuk mendapatkan gelar pahlawan tetapi beliau berjuang agar memberikan kesejahteraan dan hidup yang layak kepada seluruh masyarakatnya. Mari kita jadikan gelar pahlawan ini sebagai inspirasi untuk meraih masa depan,” tutupnya.

Penyerahan dokumen memorabilia secara simbolis dilakukan oleh Ahli Waris kepada Wali Kota Muhammad Sinen, disaksikan oleh Wakil Gubernur Maluku Utara dan Sultan Tidore.

tandaseru.co
Editor